Mengikuti suami yang sudah duluan dimutasi ke Jakarta, aku dan Zimam, anak laki-lakiku, akhirnya pindah ke Jakarta. Kami menginggalkan Pangkalpinang dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang telah kami tahbiskan menjadi kampung halaman Zimam.
Jakarta adalah kota terkahir dari pilihan kota yang ingin aku tinggali. Tapi, rupanya takdir “terkahir” ini memang selalu berada di sekelilingku. 🙂
Jika ikut arisan, aku selalu menang yang terakhir. Namaku diawali dengan huruf Y, huruf kedua terakhir abjad latin, membuat nomor urut absenku nyaris selalu paling belakang. Suamiku adalah laki-laki terakhir pilihanku (hahaha). Dan sekarang, aku ditakdirkan untuk tinggal di kota terakhir yang aku pilih.
Tempat tinggalku di Jakarta adalah sebuah rumah (cukup) besar, namun di gang senggol. Ironis, ya? Hahaha..
Benar, walaupun masih ngontrak, aku kadang gak enak sendiri sama tetangga sekitarku, karena memang rumahku lah yang “benar-benar” rumah.
Mencoba menikmati rutinitas Jakarta, mencoba melebur dengan kesibukan kota metropolitan ini. Mencoba berdamai dengan diri sendiri.
Kenapa tidak? ^_^